Pohon Peneduh Alun-alun Mati Lagi

GROBOGAN (Top News) – Proyek pemeliharaan revilitasasi Alun-alun Purwodadi, Grobogan, Jateng, kembali menjadi bahan perbincangan warga daerah itu. Sebab tanaman penghijauan yang baru ditanam bulan Juni 2017, kedapatan mati mengering. Diduga setelah ditanam tidak dipelihara dengan disirami rutin, sehingga mati mengering.
Sebelumnya tanaman itu menjadi sorotan Bupati Grobogan Sri Sumarni, Komisi C DPRD dan warga Purwodadi. Pasalnya, saat proyek revitalisasi  ini diresmikan awal Februari 2017,  pohon penghijauannya banyak yang mati mengering.
Maka PPKom Proyek Revitalisasi Alun-alun Purwodadi Joni Sarjono minta PT Aditya Mulya Pratama, pelaksana yang mengerjakan proyek itu, segera mengganti semua tanaman penghijauan yang mati.
Diperoleh keterangan, 2 Juni 2017, PT Aditya dari Wonosobo telah mencabut semua tanaman penghijauan yang menjadi tanggungjawabnya dan kemudian diganti dengan tanaman baru yang masih segar. Namun baru sebulan tanaman dari jenis palem itu ditanam, kini kedapatan mati lagi.
Beberapa warga PKl di seputar Alun-alun mengatakan, proyek penghijauan itu mati akibat kekurangan air. Sebab sejak ditanam tidak pernah dipelihara dengan disirami hingga akhirnya mati kekeringan.
Selain itu, tempat yang telah dipersiapkan untuk tanaman tersebut tidak dilengkapi dengan kompos. Itu sebabnya tanaman apapun yang ditanam di tempat tersebut mudah mati, lantaran tidak ada sarana penyuburnya.  
Di bagian lain warga PKL itu mengatakan, palem setinggi dua meter ditanam berikut kasang (karung plastik) sebagai pembungkus akarnya. Akibatnya tanaman mudah mati tak dapat resapan air. Lebih-lebih tidak disirami rutin.
‘’Disirami saja kadang mati, apalagi dibiarkian begitu saja,’’ kata Siti, warga PKL Alun-alun. Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman Grobogan M Chanif sebagai penangungjawab proyek itu mengatakan, PT Aditya terpaksa dikenakan denda dari nilai sub pekerjaan tersebut, yaitu berupa tanaman penghijauan. 
Pihaknya juga akan minta pengembalian dari nilai sub pekerjaan itu kepada PT Aditya. Karena tanaman penghijuannya dalam masa pemeliharaan kedapatan mati semua. Berapa nilainya, Chanif mengaku tidak ingat. Yang pasti, di atas puluhan juta rupiah. (syam/TN)