Dipertanyakan Pangan Meningkat, Petani Tak Sejahtera - GROBOGAN TOP NEWS

Dipertanyakan Pangan Meningkat, Petani Tak Sejahtera

 
GROBOGAN (Top News) – Dipertanyakan produksi pangan di Kabupaten Grobogan meningkat, tetapi petani di daerah itu tidak hidup sejahtera. Demikian terungkap dalam kunjungan kerja Tim Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) di Grobogan, Rabu (25/5/2017).
Tim Watimpres itu dipimpin Jan Darmadi. Mereka ke Grobogan untuk melihat realitas kehidupan petani di daerah ini yang dikabarkan berhasil dalam mengelola produksi pangan, khsusnya kedelai. Sebelum bertemu dengan kelompok tani di Desa Nambuhan Kecamatan Purwodadi , Watimpres menemui Bupati Sri Sumarni dan Kadinas Pertanian Edhie Sudaryanto di Kantor Dinas Pertanian Jalan Diponego Purwodadi.
Kelompok tani Desa Nambuhan dikenal sebagai penghasil kedelai varietas terbaik di Jateng. Dan Jawa Tengah merupakan sentra produksi kedelai terbesar kedua di Indonesia, dengan kontribusi sebesar 14,03 persen. Sedangkan produksi  kedelai di Grobogan mencapai 48.316 ton pada 2016, yang berarti memberi kontribusi 38,7 persen dari total produksi Jawa Tengah.

Di Nambuhan, tim Watimpres ingin mengetahui secara pasti kondisi real di lapangan untuk dijadikan bahan masukan ke presiden dalam menentukan kebijakan tentang pangan.

“Dari permasalahan lapangan itulah, kita bisa mengkaji formula yang tepat dalam mengatasi kesejahteraan petani. Sudah saatnya pertanian kita naik kelas, yaitu hidup petani lebih sejahtera,” kata Jan Darmadi.

Andi Perdana Putra, salah seorang anggota tim pengkaji Tim Watimpres tercengang saat mengetahui kedelai varietas Grobogan mampu memproduksi 3,2 ton/ha. “Di daerah lain, kedelai hanya mampu menghasilkan 1-1,5 ton/ha. Disini malah 3,2 ton/ha, namun petaninya belum sejahtera. Ini yang perlu kita pecahkan,” katanya.

Ia mengatakan, setiap daerah mempunyai keunggulan komoditas. Keunggulan ini jangan sampai dihilangkan atau dipatahkan oleh regulasi, namun  justru harus diusahakan untuk dipertahankan. Kabupaten  Grobogan sebagai daerah penghasil kedelai maka harus dilihat bagaimana masyarakat dapat bertahan dengan komoditas tersebut.
“Yang terpenting kehidupan petani sejahtera,” ujarnya. Sahara, anggota Tim Pengkaji Watimpres yang lain  mengatakan, petani harus konsentrasi dalam budi daya kedelai. Konsentrasi dibutuhkan agar didapat kualitas kedelai terbaik yang dapat menangkal kedelai impor.
Ia mengaku pernah membawa 14 jenis varietas kedelai ke pelaku industri. Dari 14 jenis tersebut, kedelai varietas Grobogan yang dipilih. “Saat ini pelaku industri masih sangat tergantung dengan kedelai impor. Mereka mau saja memakai kedelai Grobogan, asal petani mampu menjaga kontinuitas dalam produksi. Namun sampai saat ini petani belum sanggup karena masalah cuaca,”  katanya. Selain menyambangi petani kedelai, tim watimpres juga melihat produksi bawang merah di Kecamatan Penawangan dan produksi cabai di Kecamatan Gubug


Sementara itu Bupati Grobogan Sri Sumarni mengatakan,  cabai dan bawang merah dinilainya sebagai komuditas yang mengalami fluktuasi, sehingga harga di tingkat konsumen sangat tinggi. Hal ini berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah. Pemicu kenaikan komuditas ini sesungguhnya bukan berasal dari produksi di tingkat petani atau minimnya pasokan, namun permainan di tingkat pengecer.
”Untuk komuditas bawang merah dan cabai, kita mengalami surplus dan dipasok ke beberapa kabupaten tetangga hingga luar provinsi, terutama DKI Jakarta dan Sumatera,”  kata Bupati Grobogan, Sri Sumarni di hadapan Tim Watimpres.
Pada tahun 2016 luas panen bawang merah Grobogan yaitu 888 hektar, dengan produksi 7.951 ton. Cabai merah dengan luasan panen 363 hektar mampu berproduksi 3.563 ton. Sedangkan cabai rawit, dengan luasan panen 326 hektar mampu berproduksi 3.683 ton.
“Petani kita juga telah melakukan pengembangan benih bawang merah asal biji , atau lebih dikenal dengan TSS. Bawang merah kita juga mendapat juara 1 nasional,” katanya.
Bupati berharap, dengan datangnya Watimpres dan tim pengkaji di Grobogan bisa memberi kontribusi pada permasalahan produksi dan tata niaga kedelai, cabai dan bawang merah nasional. Dengan itu, semoga kesejahteraan petani akan semakin meningkat. (syam/TN)


Dipertanyakan Pangan Meningkat, Petani Tak Sejahtera Dipertanyakan Pangan Meningkat, Petani Tak Sejahtera Reviewed by samsul huda on May 25, 2017 Rating: 5

No comments

Post AD